Rabu, 12 September 2012

Pernikahan 30 Juta


Terkadang cinta itu membingungkan. Seseorang yang dahulu kita cintai, tiba-tiba bisa menjadi orang yang amat kita benci. Terkadang cinta itu membingungkan, sampai-sampai kadang kita tak tahu kenapa kita bisa jatuh cinta pada seorang anak manusia yang sekarang menjadi kekasih kita. Terkadang cinta itu membingungkan hingga begitu banyak rasa yang mengisi perjalanan bernama cinta ini.

12 Mei 2012 saya menikah dengan seorang laki-laki bernama Anggana Mardika. Sungguh, tak pernah terbayangkan sedikit pun bahwa saya akan menikah dengan seorang laki-laki yang saya kenal 20 tahun lalu itu. Pertama kali saya bertemu dengannya ketika usia saya 5 tahun, saat itu saya masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Kesan saya kala itu pada anak yang akrab di sapa Angga ini adalah nakal, pecicilan, usil, pintar dan hmmm… tampan ( Hehehe… kecil-kecil kok sudah mengerti arti “tampan” yah? Ahhh entahlah… tapi memang inilah fakta yang terjadi).

Itulah untuk pertama kalinya saya bertemu dengannya dan saya masih mengingat moment itu sampai saya dewasa kini. Hingga Tuhan mempertemukan kami kembali ketika usia saya telah menginjak 25 tahun. Awal bertemu… sungguh di luar ekspetasi saya tentang sosok kecil yang saya kenal 20 tahun lalu. Kini… sosok itu telah menjelma menjadi laki-laki dewasa, gaya berpakaian santai layaknya anak-anak pencinta alam, dan cara bicara yang nyablak khas orang Betawi. Saya ingat sekali, saat itu saya memakai daypack dan sendal Eiger, dia memakai raincoat Avtech dan tas pinggang Consina. Masing-masing diri kami bergaya dengan apa adanya warna jiwa kami. Pertemuan selama 1 jam itu ternyata menunjukkan salah satu persamaan diantara kami, ternyata kami adalah anak-anak muda yang senang dengan adventure. Dari persamaan itulah kami banyak bertukar cerita tentang berbagai tempat yang pernah kami singgahi. Di situlah awal kedekatan kami.

Satu ketika saya menceritakan tentang pertemuan saya dengan Angga kepada sepupu saya yang juga mengenal sosoknya sedari kecil. Sepupu saya menceritakan kepada saya bahwa ketika masih SD, sepulang sekolah Angga itu selalu jualan Koran dan sehabis jualan Koran dia mengaji di masjid. Hmmm… saat itulah saya jatuh cinta pada sosok yang diceritakan oleh sepupu saya itu. Dalam benak saya berkata: itu mengagumkan !!! Loper koran… anak sekecil itu… di tengah keluarganya yang sangat berkecukupan. Subhanallah.

Ketika saya konfirmasi kepada yang bersangkutan, ternyata… cerita itu benar. Meski pada bagian menjadi loper koran dia sedikit kaget karena ternyata ada yang mengetahui kalau ketika kecil dulu dia adalah loper Koran, padahal dia tak pernah memberitahukan pada siapapun. Hehehe. Ternyata benar kata pepatah, sebaik-baik menyimpan rahasia, pada akhirnya akan ketahuan juga. Jika di tahun 1994 – 1995, anda pernah bertemu dengan anak kecil manis yang berjualan Koran di daerah Senen, mungkin salah satunya adalah suami saya. Hehehe…

Semakin hari… kami semakin dekat dan semakin mengenal satu sama lain. Hampir 1 bulan kami dekat, saya bertanya padanya “Mau di bawa kemana kedekatan kita? Jika kedekatan ini hanya untuk senang-senang, berarti kita cukup berteman saja. Tapi, jika kedekatan ini akan di teruskan, tolong jadikan saya yang halal bagimu”. Sebuah pertanyaan yang bernada tantangan ini di tanggapi dengan berani olehnya. Ternyata dia lebih memilih untuk menjadikan saya yang halal baginya. Alhamdulillah… ternyata dia adalah laki-laki pemberani yang berani untuk membuat janji pernikahan dengan wali saya di dunia ini, ayah tercinta dan dengan pemilik jiwa raga saya, Allah SWT. Ketika di luar sana, laki-laki seusianya malah menunda pernikahan dengan alasan “belum siap”, dia malah dengan beraninya membuat janji dengan Tuhan. Hati saya berkata: Laki-laki seperti inilah yang saya cari.

Berawal dari komitmen inilah, kami merancang pernikahan. Suami saya adalah orang yang sangat idealis. Dia ingin menikah dengan dana sendiri, prinsipnya orang tua itu wajib menikahi, bukan membiayai. Subhanallah… lagi-lagi saya dibuat kagum dengan kepribadiannya. Ternyata, dia laki-laki yang mandiri. Hmm… lagi-lagi, laki – laki seperti inilah yang saya cari. Saya pun tidak mau kalah, saya juga ingin menikah dengan dana sendiri… setelah colek sana colek sini, atur sana atur sini, total uang kami berdua ada 30 juta. Akhirnya kami membuat konsep pernikahan dengan budget 30 juta. Subhanallah… Allah memudahkan kami untuk mewujudkannya. Meskipun syukuran pernikahan kami tidaklah mewah, tapi saya bangga dengan pernikahan kami. Pernikahan 30 Juta.

Mungkin, di luar sana masih banyak laki-laki yang lebih keren darinya. Tapi yang saya bisikan pada Allah SWT dalam do’a adalah saya ingin memiliki suami yang sholeh, yang bisa membaca Al-Qur’an, menjadi imam shalat saya dan berbakti pada orang tuanya. Saya ingin memiliki suami yang menyayangi saya lahir batin dan mau memperjuangkan saya untuk dimiliki. Saya ingin memiliki suami yang mandiri dan punya visi dalam hidupnya. Saya ingin memiliki suami yang tidak berpikir tentang dirinya sendiri, tapi juga berpikir tentang sekitarnya, tentang bangsanya, tentang agamanya. Saya ingin memiliki suami yang bisa menjadi sahabat perjalanan dalam bertualang ke penjuru negeri. Dan semua yang saya inginkan ada padanya…

Sahabat…
Jika saat ini, sang belahan jiwa tak kunjung hadir. Mungkin saja karena anda belum tau pasangan seperti apa yang anda inginkan. Menikah dengan siapa itu penting, tapi jauh lebih penting menikah dengan orang seperti apa. Lihatlah seperti apa dia saat ini dan proyeksikan pasangan anda akan seperti apa di 5 tahun yang akan datang, 10 tahun yang akan datang, 20 tahun yang akan datang. Pantaskah dia menjadi pendamping anda yang baik? Pantaskah dia menjadi orang tua dari anak-anak anda kelak? Apakah dia akan membawa anda pada rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah? Pertanyaan – pertanyaan ini penting untuk anda jawab sebelum menikah karena jawaban dari pertanyaan – pertanyaan inilah yang akan menjadi pengingat anda ketika kapal rumah tangga anda mulai di hadang ujian.

Think again!!! Jika kekasih anda saat ini berjuang keras untuk menjadikan anda kekasihnya, tapi dia tidak berjuang keras untuk menjadikan anda pasangan halalnya. Think again!!! Pikirkanlah ulang untuk menjadikannya pendamping anda. Sekarang pun dia sulit di ajak berjuang untuk mewujudkan harapan atas sebuah pernikahan, apalagi nanti jika anda mengajaknya untuk berjuang mewujudkan cita-cita memiliki rumah, mobil, dan lain sebagainya. Terkadang hidup menuntut anda untuk tegas pada diri anda sendiri. So, hargai masa depan anda dengan memilih yang baik saat ini.

Pantaskanlah diri kita untuk jodoh terbaik yang Tuhan siapkan untuk kita. Perempuan baik hanya untuk laki-laki yang baik, pun sebaliknya. Ini perkataan Tuhan dan Dia tak pernah mengingkari firmannya. So, jika kita ingin memiliki jodoh yang baik, maka jadikanlah kita pribadi yang baik. Jika kita ingin pasangan yang sempurna tanpa cela dan kekurangan, maka kita pun harus menjadi pribadi yang sempurna. Namun, alahkah baiknya jika kita berkaca terlebih dahulu, sesempurna apakah diri kita!. Janganlah meminta yang sempurna, jika kita pun tak mempu memberi yang sempurna.

So, selamat memilih… sertakan Tuhan ketika anda memilih seseorang istimewa itu yah…
Terimakasih terlah membaca catatan saya. Sampai bertemu di catatan selanjutnya ^_^
- Leni Lenceu -

Sabtu, 31 Maret 2012

Kecantikan itu ada di dalam dirimu...

Ada seorang kawan saya yang begitu terobsesi untuk menjadi putih, produk pemutih wajah tak pernah lepas dari incarannya. Jika dibandingkan warna kulit saya yang coklat sawo matang, warna kulitnya terhitung cukup terang-seperti warna kulit orang sunda pada umumnya. Obsesinya cukup menarik perhatian saya untuk mengetahui motif di balik obsesinya itu.

“Kenapa sih kamu pengen banget jadi putih (red: warna kulit tidak gelap)?” tanya saya.

“Ya supaya saya bisa mendapat kekasih” jawabnya.

Sekilas,jawabannya terdengar lucu nan polos, namun ada rasa ironis yang begitu besar. Haruskah menjadi putih supaya kita memiliki kekasih? Dengan tegas saya jawab tidak. Pandangan bahwa cantik itu putih memang tidak bisa dianggap salah. Fenomena yang terjadi dalam kehidupan nyata memang seperti itu adanya. Propaganda dunia iklan produk kecantikan pun ikut menjadi penguat dalam pembentukan opini publik bahwa cantik itu putih. Jika di runut lebih global, sebenarnya opini ini muncul ketika Barbie lahir ke dunia ini pada tahun 1960 an. Barbie adalah simbol keindahan wanita, Barbie adalah sosok wanita sempurna dalam khayalan kaum adam dan Barbie berkembang menjadi model wanita ideal yang membuat banyak kaum Hawa begitu terobsesi untuk menjadi sepertinya. Meski Barbie hanyalah sebuah boneka, tapi kehadirannya memberikan pengaruh yang sangat besar di seluruh dunia. Barbie berkembang menjadi sebuah ikon identitas kecantikan dimana cantik itu putih, langsing, dan modis (Barbie banget).

Saya mencoba berpikir lebih dalam tentang ini. Apakah benar perempuan putih selalu terlihat cantik? Apakah benar perempuan hitam itu tidak cantik? Apakah benar laki-laki itu hanya suka dengan perempuan putih saja? Cukup lama saya memikirkan ini sampai saya menemukan jawabannya dan bisa membuktikan jawaban yang saya dapat. Dan jawaban dari semua pertanyaan tadi adalah tidak. Tidak semua. Tidak semua perempuan putih itu terlihat menarik, tidak semua perempuan hitam itu tidak menarik. Semua kembali kepada kualitas pribadinya masing-masing.

Sahabat pembaca inspirasi perempuan, jika anda adalah kaum Hawa, perempuan itu terlahir indah. Takdir apapun yang telah Tuhan berikan pada kita, percayalah bahwa kita telah diciptakan Tuhan dengan sebaik-baiknya. Jika kita merasa kurang cantik, tak perlu galau. Keindahan itu ada dalam diri kita sendiri, hanya saja keindahan itu terkadang tidak terpancar oleh cara berpakaian kita yang belum baik, cara perilaku kita yang belum santun, cara bersikap yang belum bijaksana. Kita tak perlu menjadi ini atau itu agar dicintai oleh orang lain. Laki-laki memang mahluk visual, mereka mencintai keindahan sehingga laki-laki pasti menginginkan kekasih yang cantik. Ini hal yang wajar, logika membawa mereka berpikir seperti itu. Namun, yang perlu kita pahami, laki-laki mencintai seorang wanita itu karena wanita itu telah menyentuh sebuah rasa di hatinnya. Dan siapapun kita, yang pernah merasakan jatuh cinta, kita jatuh cinta hanya pada seseorang yang kita anggap menarik. Seseorang yang menarik menurut kita belum tentu menarik di mata orang lain, itu karena menarik itu masalah selera.

Seorang laki-laki yang kita anggap tampan belum tentu bisa membuat kita jatuh cinta, malahan terkadang laki-laki yang bisa membuat kita merasa aman dan nyamanlah yang mampu membuat kita begitu mencintai dan menyayanginya. Begitu pun dengan kaum Adam, ketika ada seorang wanita cantik, mereka pasti mengaguminya (bawaan lahir: insting laki-laki menyukai yang indah-indah). Namun, itu hanya cukup dimata mereka saja. Hanya perempuan yang menarik hatinya saja yang bisa membuat kekaguman di mata turun ke hati. Bukan tentang hitam atau putih, kita bisa membuat rasa cinta itu hadir, tapi tentang seberapa menarik diri kita hingga mampu menghadirkan cinta itu.

So... tidak perlu menjadi putih untuk mendapatkan kekasih, bukan? Kaum Adam menyukai perempuan yang percaya diri dan bahagia menjadi dirinya sendiri. Bukan menjadi putih yang harus kita kejar, tapi menjadi pribadi yang menarik yang harus kita kejar. Bagaimana caranya? Sederhana saja... jadilah diri kita sendiri, bukan diri kita yang apa adanya tapi diri kita yang setiap waktu selalu menjadi lebih baik yang selalu menghadirkan hal-hal terbaik yang kita miliki pada Tuhan dan semua mahluknya. Percayalah, kecantikan itu ada selalu di dalam dirimu.

Terimakasih telah membaca catatan saya. Sampai jumpa di catatan selanjutnya bulan depan.

Leni Maryani

Sabtu, 07 Januari 2012

Bukanlah sebuah impian jika itu tak mengganggumu

Pernahkah anda berpikir tentang apa yang ingin anda raih dalam hidup ini? Pernahkah anda gundah dengan kehidupan anda saat ini? Pernahkan anda tersadar bahwa banyak hal yang anda lakukan ternyata malah menjauhkan anda dari impian hidup anda?

Pertanyaan – pertanyaan di atas adalah sebagian kecil dari kegundahan saya selama 6 bulan ke belakang. Kegundahan yang melahirkan konflik batin yang begitu hebat. Saya tersadar begitu banyak hal yang saya lakukan ternyata malah menjauhkan dari impian saya. Saya tersadar begitu banyak pilihan-pilihan tidak tepat yang telah saya pilih dan pilihan itu malah menjauhkan saya dari cita-cita saya. Saya telah menjadi manusia bingung. Tapi kebingungan itu tak sia-sia, kebingungan itu menuntun saya untuk menemukan apa yang benar-benar saya impikan dalam hidup ini.

Tuhan sungguh tahu dengan kebingungan saya. Dia menuntun saya untuk menemukan jawaban atas kegundahan saya dengan cara yang sangat sederhana. Suatu waktu, sahabat perjalanan saya curhat tentang kegundahannya dengan rutinitas pekerjaannya “ Seharusnya gue gak disini, tapi di tempat milik gue sendiri “

Logika saya berkata “ Apalagi yang kau cari, dengan gaji yang sudah lebih dari cukup, seharusnya kau tetap berkarir disini. Hidupmu bahkan hidup kita akan nyaman bila kau tetap disini “

Namun hati saya berkata “ Lihat lebih dekat, Len. Cita-citanya bukanlah menjadi karyawan, tapi menjadi pemimpin “

Akhirnya lisan saya pun berkata “ Bukanlah sebuah impian jika itu tak mengganggu keadaan nyamanmu. Jika bicara soal materi, dengan penghasilan yang kau miliki saat ini, hidupmu sudah sangat nyaman. Tapi ketika sebuah keinginan sudah mengganggu keadaan nyamanmu, berarti itu adalah impianmu yang sesungguhnya. Pilihlah jalan yang akan mendekatkanmu dengan cita-citamu “.

Kehidupan dunia terkadang ‘memaksa’ kita untuk mengambil jalan manapun meskipun jalan itu malah menjauhkan kita dari cita-cita. “Kerja apapun dan dimanapun yang penting punya gaji, yang penting gajinya besar, yang penting di perusahaan ternama”. Terkadang kita memilih untuk seperti itu dan mengesampingkan hati nurani kita yang berkata “Apakah itu impianmu?”.

Impian itu sebuah keinginan yang lahir dari hati yang jujur karena impian adalah wujud dari sebuah minat seseorang dan minat itu timbul dari kecenderungan seseorang pada sesuatu tanpa ada paksaan.

Jadi, apa impian anda dalam hidup ini? Kejarlah cita-citamu sahabat.

Jika jalan yang telah kau pilih sekarang akan mendekatkanmu dengan cita-citamu, jalanlah terus. Jika jalan ini terasa tak nyaman, tetaplah berjalan meski selangkah demi selangkah, yakinkan dirimu bahwa impianmu sedang menunggumu di depan sana.

Namun, jika anda merasa jalan yang anda pilih saat ini adalah jalan yang salah. Tak perlu di sesali, kita hanya perlu berbelok. Perjalanan yang telah anda lewati telah memberi anda begitu banyak pelajaran dan pengalaman. Kelak, itu semua akan berguna bagi kehidupan kita di masa depan.

Bukanlah sebuah impian jika itu tak mengganggu keadaan nyamanmu. Hidup ini singkat, raihlah apa yang anda impikan.

Terimakasih telah membaca catatan Inspirasi Perempuan, semoga memberi inspirasi.

Leni Maryani