Minggu, 31 Oktober 2010

Jamu, sebuah pencarian rasa

Jamu itu pahit, tapi baik untuk kesehatan.

Kalimat ini saya dengar pertama kali dari kawan saya, Cevi Afrian & M. Fanny Maulid. Kala itu kami tergabung dalam Dewan Pengurus XXVIII Himbio Unpad. Jika tak salah mengingat, kalimat ini lahir dari nasehat Kang Sigit ’01 & Teh Simbar ’01.

Jamu itu rasanya pahit, tapi baik untuk kesehatan kita. Kadang hidup ini pun pahit sekali rasanya, tapi terkadang itulah yang terbaik untuk kita.

Sahabat, pernahkah anda merasa bahwa terkadang hidup ini begitu pahit? Mungkin ada diantara anda yang berpikir “perihal manis atau pahit, semuanya tergantung dari cara kita memandang”. Saya sepakat dengan anda, tapi saya hanyalah manusia biasa yang tak bisa membohongi hati perihal rasa. Lidah ini tak bisa berbohong tentang rasa, rasa kopi tetaplah pahit dan rasa gula tetaplah manis. Begitu pun hati ini, rasa sakit tetaplah pahit dan rasa senang tetaplah manis. Perihal rasa, kita tak akan pernah bisa berbohong. Biarlah pahit tetap menjadi pahit, namun kita masih bisa membuat pahit ini baik untuk kita. Ya, seperti jamu. Di manapun, rasa jamu tetaplah pahit, namun bukankah kita bisa menjadi sehat dengannya.

Dalam 1 bulan ini, entah kenapa, saya sering sekali di pertemukan dengan orang-orang jahat yang memanfaatkan kepolosan orang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan untuk menghipnotis, menggunakan skill nya untuk mencuri dan menipu. Ahhh mereka itu orang-orang munafik yang berwajah & bersikap baik, tapi di belakang mereka ‘membunuh’. Pahit sekali rasanya ketika menjadi korban dari kemunafikan mereka. Pahit memang, tapi setidaknya saya menjadi tahu bahwa kita patut berhati-hati dengan orang yang ‘sok kenal sok deket’ pada kita. Alhamdulillah Tuhan masih melindungi saya dan semoga Dia selalu melindungi kita dari orang-orang seperti mereka.

Maaf jika saya kaitkan topik kali ini dengan cinta (request dari kawan saya, Yulia Aluie). Ya, begitu pun dengan cinta, terkadang cinta itu pahit, tapi mungkin saja itu baik untuk kita. Ahhh untuk kalimat ini saya tidak mengatakannya dengan sepenuh hati karena saya merasa belum bisa menjalankan yang satu ini dengan baik. Hehehe ^^v 1,3 tahun lalu saya pernah merasakan pahitnya cinta, hmmm jujur saja rasa pahit itu memang memberi banyak perubahan pada saya. Namun, sungguh rasa pahit itu membuat saya mati rasa. Sehingga, entahlah… apakah perubahan yang terjadi sebanding dengan mati rasa yang saya alami atau tidak. Ini menjadi PR besar saya di tahun 2010 dan tampaknya akan kembali menjadi PR besar yang harus saya bereskan di tahun 2011. Nah… jadi untuk para fans saya (hahaha *narsis*), jika kalian penasaran kenapa saya tetap single, inilah salah satu jawabannya. Saya belum menemukan seseorang yang bisa ‘menyentuh’ hati saya. Jadi, tolong jangan berikan lagi pertanyaan “kok belum punya kekasih, padahal cantik, padahal sudah 24 tahun, padahal banyak yang suka, padahal inilah, padahal itulah… ?”. Bukan karena saya sangat selektif atau sangat pemilih. Bukan. Tapi, karena memang saya belum menemukan sosok yang mampu membuat ‘rasa’ itu kembali hadir. Saya tidak diam di tempat, saya sedang dalam perjalanan mencari rasa yang hilang itu. Sebuah rasa yang mampu membuat saya berkata “saya ingin hidup denganmu selamanya”. Sebuah rasa yang mampu membuat saya melihatnya berbeda dengan laki-laki lain. Sebuah rasa yang mampu membuat saya berkata “saya mencintaimu”. Saya sedang mencari rasa itu dan saya yakin akan menemukannya.

Terlepas dari itu, jika ada diantara anda yang pernah merasakan pahitnya cinta. Meskipun saya tak mengucapkannya dengan sepenuh hati bahwa pahitnya cinta akan baik untuk kita. Saya masih menyimpan keyakinan bahwa pahitnya cinta akan memberi kebaikan untuk kita. Kenapa? Karena cinta adalah bagian dari kehidupan ini. Mungkin kita harus bertemu dengan orang jahat, sebelum bertemu dengan orang baik. Mungkin kita harus bertemu dengan cinta yang salah, sebelum bertemu dengan cinta yang tepat. Mungkin kita harus merasakan pahit dulu sebelum merasakan manis. Sebesar apapun keraguan saya pada konsep ini, saya masih sangat percaya bahwa tak ada yang tak berguna di dunia ini. Saya masih sangat percaya bahwa pahitnya hidup & cinta itu memberi kebaikan untuk kita karena pada saat itulah jiwa kita dibentuk untuk menjadi lebih baik. So, jamu itu memang pahit, tapi baik untuk kesehatan kita. ^^v

Terimakasih telah membaca tulisan saya, sampai bertemu di catatan selanjutnya.

Leni Maryani

Selasa, 19 Oktober 2010

Aku di mata publik

Kemarin, saya publish status meminta pendapat temen-temen di facebook tentang penilaian mereka terhadap saya. Ada yang berkenan mengisi, ada yang tidak / belum sempat, ada juga yang 'ingin' mengisi tapi takut 'salah', ada juga yang malas untuk mengisi mungkin menilai kalau ini hal yang gak penting. Mungkin terdengar sepele yah, tapi ini penting bagi saya. Saya merasa perlu tau perihal seberapa jauh penilaian teman-teman saya terhadap seorang Leni Maryani dari kaca mata mereka. Bukan dalam rangka saya ingin menjadi manusia sempurna di mata teman-teman saya, tapi saya hanya ingin tau seberapa pandai saya bisa membawa diri dalam berinteraksi dengan teman-teman saya.

Terimakasih banyak pada teman-teman yang telah mengisi komentar ^_^. Dari sekian pandangan, lebih banyak penilaian positif daripada negatif, saya yakin bukan karena sedikitnya kekurangan saya, tapi mungkin karena merasa 'gak enak' kalau kekurangan saya harus di katakan disini, padahal... bilang aja, gak apa-apa kok. Atau mungkin juga Tuhan masih menutupi kekurangan saya di mata kalian semua. Hehehe. Saya akui semua pandangan dari komentator ada dalam diri saya, meski terkadang berjalan secara kontradisksi. Contoh, kadang saya mampu tenang di tengah kegaduhan, tapi kadang saya pun bisa panik ditengah ketenangan. Hehehe.

Berkaca dari semua komentar itu, pantas saja banyak yang tak terima ketika saya walk out, ingin menjadi 'berbeda', karena mereka menilai saya adalah seorang yang loyal, padahal aslinya jiwa pemberontak saya cukup besar. Jika mereka bisa memberi cap saya sebagai seorang perempuan 'tak sholeh', maka saya pun bisa memberi cap kalau mereka itu 'sombong'. Pantas saja banyak yang tak terima ketika saya sedikit saja mengeluh tentang hidup ini, karena tak sedikit yang menilai saya adalah seorang yang penuh semangat & motivator. Jika memang saya selalu tampak penuh semangat & mampu memotivasi orang lain, berarti itu hadir dari dalam jiwa saya. Saya tak mau capek-capek jaga image kalau seorang motivator itu manusia luar biasa yang tak pernah down. Saya hanya manusia biasa yang semangatnya naik turun, kadang kata-kata yang saya sampaikan pun bisa saja hanya omong kosong belaka. Catatan inspirasi yang sering saya publish, bukan berarti sayalah sang inspirator itu, semua catatan itu lahir dari rasa ingin berbagi. Saya tak malu jika saya mesti menuliskan bahwa saya ini seorang perempuan yang bodoh & mudah di bohongi (catatan Inspirasi Perempuan: Tak terprediksi), saya hanya ingin berbagi pada perempuan lain bahwa terkadang kita tak sadar bahwa kita ini bodoh & mudah di bohongi, tak sedikit lho perempuan yang seperti ini. Sumber inspirasi saya dapat dari kaum perempuan, lalu saya olah dalam jiwa dan saya tuangkan dalam catatan Inspirasi Perempuan.

Saya meminta orang lain memberikan pandangan mereka tentang saya, bukan karena saya tak mampu menjadi diri sendiri. Namun, karena saya ingin bercermin pada penilaian publik tentang saya. Jika ada penilaian yang buruk, bukankah ini menjadi PR bagi saya untuk memperbaikinya. Jika ada penilaian yang baik, ini pun menjadi PR bagi saya untuk mempertanggungjawabkannya. Baik penilaian positif maupun negatif, bagi saya sama saja. Saya tetap menjadi diri sendiri, namun karena saya tak hidup sendiri di dunia ini maka saya perlu bertanya kepada kawan di samping kanan dan kiri perihal saya, siapa tau barangkali ada yang dibuat tak nyaman oleh saya. ^_^. Mohon maaf atas segala kesalahan & ketidaknyamanan. Terimakasih telah membaca tulisan saya, sampai bertemu di catatan selanjutnya.

Leni Maryani

Tak terprediksi

Halo sahabat Inspirasi Perempuan, lama sekali saya tak menyapa anda semua. Tak mau munafik, dalam hidup ini terkadang saya masih mengalami down & disorientasi hidup dan yang hanya bisa dilakukan saat itu hanyalah bertahan & menjalani apa yang ada.

Ada cerita kecil yang ingin saya bagikan dan mungkin akan sedikit membuka kelemahan dan kebodohan seorang Leni Maryani. Hehehe. Saat ini saya bekerja sebagai leader marketing Rabbani untuk wilayah kabupaten Cirebon dengan posisi sebagai store manager. Saya bekerja dengan target omzet dan tentunya prestasi bekerja saya di ukur dari capaian omzet. Kemarin, saya mengalami sebuah situasi yang cukup membuat otak saya beku. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, namun omzet baru mencapai 800 ribu. Ahhh ini gila !!! saya belum pernah mencapai titik serendah ini. Di hari kerja (non weekend) rata-rata omzet itu mencapai kepala 2 juta (sebenarnya sih target per hari itu 3,5 juta Hehehe). Entah apa yang terjadi dengan hari kemarin, bisa-bisanya sampai H-1 jam tutup toko saya hanya mengantongi 800 ribu. Kacau !!! gak mungkin saya closing di angka ini, bisa dapat surat peringatan saya. Hehehe ^^v

Jujur… otak saya beku. Sedari pagi saya amat sangat suntuk, melow – melow gak jelas. Saya pasrah saat itu, saya bingung apa yang harus saya lakukan untuk menyelamatkan omzet di hari kemarin. Di hati terdalam saya, jujur saya mengharapkan sebuah keajaiban dari Tuhan untuk saya. Hmmm tak lama berselang… sebuah mobil Avanza silver parkir di depan toko, seorang wanita cantik keluar dari mobil didampingi suaminya, dia adalah subdealer – mitra kerja kami. Wajah saya dan anak-anak buah langsung sumringah, akhirnya omzet dapat diselamatkan karena mitra kami yang satu ini selalu belanja cukup banyak. Alhamdulillah… kemarin, kami closing di angka Rp. 2.747.100,- Lumayanlah… wajib di syukuri. Sebuah angka dan cerita bisa berubah 180 derajat dalam waktu 30 menit saja. Andai subdealer tadi tak datang, maka kami closing mungkin di kisaran angka 800 ribuan. Tapi ternyata takdir berkata lain, angka langsung berubah menjadi 2,7 juta. Bagi saya ini keajaiban dari Tuhan. Hanya dalam 30 menit angka 800 ribu berubah menjadi 2,7 juta.

Lalu dimana letak cerita kebodohan seorang Leni. Bukan disini. Cerita diatas menginspirasi saya bahwa takdir Tuhan itu kadang benar-benar tak terprediksi. Keajaiban bisa datang tiba-tiba jika kita percaya bahwa keajaiban itu ada. Apa sih yang gak bisa dilakukan Tuhan, Dia maha kuasa. Dia bisa mengambil sesuatu kapanpun, lalu memberikan sesuatu kapanpun Dia berkehendak. Tuhan pernah mengambil seseorang yang saya cintai di bulan Juli 2009, padahal 2 bulan sebelumnya kami baik-baik saja. Janji di atas ingkar menghampiri saya kala itu, tak terprediksi sama sekali. Namun, Tuhan sudah berkehendak, saya harus kehilangan dia. Lalu perjalanan hidup mempertemukan saya dengan seseorang yang unik dan jujur saya jatuh cinta padanya, namun sayang sekali saya salah mengira. Lagi-lagi di luar prediksi, saya kira dia itu menyukai saya, ternyata dia cuma iseng saja. Hehehe naif sekali saya ini, harusnya saya jangan ke ge-er an. Tapi, seperti jargon salah satu mie instan, rasa itu gak bisa bohong. Saya harus menerima kenyataan bahwa cinta saya bertepuk sebelah tangan. Namun, pertemuan dengannya sangat saya syukuri karena beliau banyak memberi saya nasihat tentang hidup. Kemudian tiba-tiba saya dekat dengan seseorang yang lain, hampir setiap hari dia sms & telpon saya. Bodohnya adalah… saya terbawa arus ‘cinta mendadak’. Saya menyukainya, tapi belum sampai cinta saya pikir. Kali ini pun tak terprediksi sama sekali, saya salah mengira, saya kira dia menyukai saya, eh ternyata saya cuma ‘pelarian’ saja. Hahaha bukankah ini hal yang sangat naif. Namun, pertemuan dengannya pun sangat saya syukuri, senang bisa mengenalnya, dia mengenalkan satu sisi hidup yang tak pernah saya temui sebelumnya. Terlepas dari itu, disinilah saya sadar, ternyata saya ini perempuan yang bodoh dan mudah dibohongi yah. Hahaha entah sudah terlambat atau belum untuk menyadari ini semua, tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Hehehe -_-“

Semua ini cukup membuat saya tersadar bahwa saya belum cukup cerdas untuk menjadi seorang perempuan. Di hati yang terdalam saya berdo’a semoga Tuhan memberikan keajaiban dengan menjadikan perempuan yang bodoh ini menjadi perempuan yang cerdas. Hehehe. Saya yakin sekali Tuhan akan mengabulkannya. Saya berusaha untuk tidak trauma, tapi terkadang saya hanyalah perempuan biasa. Tak mau munafik, ada rasa takut yang begitu dalam tersimpan di jiwa saya. Terkadang ketakutan itu melumpuhkan, tapi saat di titik nadir pun saya masih berharap pada Tuhan bahwa Dia akan memberikan saya keajaiban dalam hidup ini. Jika sebuah takdir dapat berubah dalam 30 menit, saya pun yakin takdir hidup saya bisa berubah tiba-tiba dengan takdir yang tak terprediksi. Begitupun hidup anda, tetaplah bertahan, sahabat. Biarlah hidup ini susah, asal cahaya jiwamu tetap menyala kau akan mampu mengarungi ini semua. Biarlah hidup ini susah, itu semua tak boleh membuat cahaya jiwamu mati. Tetaplah bertahan.

Sampai bertemu di catatan selanjutnya ^^v

Leni Maryani

Seribu pintu maaf

Siapa yang percaya bahwa hati perempuan itu memiliki seribu pintu maaf ? Saya percaya. Nyatanya memang banyak perempuan di sekitarku yang tetap sabar menghadapi kesalahan orang-orang yang mereka sayangi. Suami mereka, anak mereka atau bahkan orang tua & mertua mereka.

Pernikahan tidak hanya berbicara tentang manisnya cinta saja, pernikahan pun sarat dengan perjuangan hidup. Tentu saja, karena pernikahan adalah janji suci dua orang manusia, laki-laki dan perempuan yang berasal dari keluarga dengan latar belakang yang berbeda. Pernikahan bukan hanya penyatuan dua anak manusia yang saling mencintai juga penyatuan dua keluarga. Sulit. Tentu. Bukanlah sebuah hal yang mudah menyatukan dua anak manusia apalagi dua keluarga.

Hidup bertahun-tahun dengan orang yang sama bukan pula perkara yang ringan. Ketika jenuh melanda, pernahkah perempuan mengeluh. Ketika suaminya memiliki wanita idaman lain, apakah hilang cinta dari hatinya untuk sang suami, ketika suaminya tak membela dirinya di depan mertuanya, apakah cinta itu berganti benci. Tentu jawabnya iya, jika logika ini yang menjawab. Namun ajaibnya ternyata cinta seorang istri untuk suaminya tak pernah berkurang sedikitpun walaupun ia telah disakiti, dikecewakan dan dibohongi berkali-kali.

Ketika seorang perempuan mendapati suaminya memiliki wanita idaman lain. Hatinya tersakiti, harga dirinya hancur. Mungkin dia akan marah-marah di depan suaminya bahkan mungkin ada yang sampai menggugat cerai. Namun, di belakang suaminya, ketika dia seorang diri, dia akan menangis sejadi-jadinya. Bukan menangisi suami mereka yang tak setia, namun menangisi ketidakmampuan mereka menjaga suaminya. Alhasil mereka menjadi rendah diri. Ada sebongkah kekecewaan, kepada suaminya tentu saja, namun sebenarnya kekecewaan terbesar mereka adalah kecewa terhadap diri mereka sendiri. Harga dirinya sebagai perempuan hancur karena suami mereka telah berpindah ke lain hati. Mereka berpikir bahwa mereka tak becus menjadi istri, dirinya sudah tak menarik lagi, dirinya membosankan sebagai teman hidup.

Apakah rasa sayang untuk sang suami hilang. Jika logika berkata, ingkar janji harusnya di balas dengan ingkar janji. Namun ternyata tidak. Sang istri tidak membalas pengingkaran janji suci sang suami, ia hanya bisa menangis dan bersujud pada Tuhan dengan pengharapan suaminya segera tersadar dan kembali ke pelukannya. Balas dendamkah perempuan ini? Sekali lagi aku katakan tidak. Ia tetap menjalakan tugasnya sebagai istri, melayani dan mematuhi suami. Hilangkah cinta itu? Sayang kepada suaminya jauh lebih besar daripada kecewa dan sakit hati yang diterimanya. Sayang kepada suaminya meleburkan kecewa dan sakit hatinya. Ajaib sekali hati perempuan, hampir tak memiliki batas.

Jika perempuan tak memiliki seribu pintu maaf, akan banyak anak manusia yang memiliki ayah tiri. Jika perempuan membuat kesalahan besar, jarang laki-laki yang membukakan pintu maaf untuk sang perempuan, kaum Adam langsung menggugat cerai istrinya. Lupa bahwa jika dirinya yang berbuat kesalahan, sang istri membuka seribu pintu maaf hatinya. (Kecuali suaminya Cut Tari Hehehe ^^ Kagum saya dengan beliau).

Ketika sang perempuan menerima kekecewaan dari anaknya, berkurangkah cinta untuk sang buah hati? Sama sekali tidak. Sehancur apapun anaknya, senakal apapun anaknya, bahkan ketika anaknya terlahir cacat pun, cinta seorang ibu untuk anaknya tak akan pernah berkurang sedikitpun.

Menikah dengan restu saja kadang ada masalah, apalagi menikah tanpa restu. Masalah kecil menjadi besar, masalah yang tak perlu ada dimunculkan, bahkan diisolir dari kehidupan keluarga besar sang suami. Ketika dirinya menerima perlakuan tak enak dari mertua. Pernahkah sang perempuan menghilangkan rasa hormat pada orang tua sang kekasih hati? Tidak, karena ia tahu mereka pun adalah orang tuanya. Belahan jiwanya terlahir dari rahim dan benih ayah dan ibu mertua.

Perempuan… perempuan… anugrah sabar yang diberikan Tuhan pada kaum Hawa ini begitu dahsyat, logika ini tak bisa menangkap batas sabar yang dimiliki hati seorang perempuan. Perempuan itu memiliki seribu pintu maaf di hatinya, walaupun orang-orang yang mereka sayangi telah menyakitinya berkali-kali, cinta dan sayangnya lebih besar dari kecewa dan sakit hati yang diterimanya.

Mungkin perempuan dengan seribu pintu maaf seperti dalam tulisan ini sudah langka untuk di temui atau bahkan mungkin tak ada di dunia ini menurut anda. Tapi nyatanya, saya pernah bertemu dengan perempuan ini. Tuhan masih menganugrahkan banyak perempuan sepertinya untuk mendampingi dunia ini. Ah sahabat, hmmm mungkin terkesan omdo ya saya bicara tentang memaafkan pun tentang pernikahan. Tentang kata maaf, saya masih belajar tentang ini. Sungguh, saya masih belajar tentang mengikhlaskan sebuah sakit hati dengan hanya memaafkan. Saya masih terus belajar dan belajar untuk ini. Tentang pernikahan, layakkah seorang perempuan lajang seperti saya ini bicara tentang pernikahan? Hahaha :) bukannya saya sok tau, tapi ini secuil sari pati yang dapat di tangkap oleh nurani saya tentang pernikahan itu sendiri. Meski cinta saya pernah di buang, di tolak & disepelekan. Saya masih memiliki keyakinan bahwa ada laki-laki baik yang akan datang & saya temani hidupnya. Laki-laki dengan cita-cita besar dalam hidupnya. Someone special waiting for me out there, I’ll keep my praying …

Ruang untuk kita

Halo sahabat-sahabatku, lama sekali saya tak menyapa kalian semua.

Sahabat, hidup adalah perjalanan dari sebuah pengenalan. Pengenalan atas diri kita sendiri, atas orang lain dan atas kehidupan ini.
Tak ada manusia yang betul-betul mengenal dirinya selain Tuhan-Nya, yang menciptakannya.
Yakinkah kita bahwa kita telah betul-betul mengenal diri kita dengan baik?
Yakinkah kita bahwa kita telah betul-betul mengenal pasangan kita dengan baik?
Yakinkah kita bahwa kita telah betul-betul mengenal sahabat kita dengan baik?

Sekalipun anaknya, tak ada orang tua yang betul-betul mengenal anaknya dengan baik. Kahlil Gibran pernah bersyair bahwa anak-anakmu bukanlah anak-anakmu, mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri. Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu. Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu. Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuhnya tapi bukan jiwa mereka.
Sekalipun sahabat, tak ada manusia yang betul-betul mengenal sahabatnya. Sekalipun dia kekasihmu yang telah bertahun-tahun bersama, tak ada yang betul-betul mengenal pasangannya.

Manusia itu mahluk yang rumit, maha besar Tuhan yang telah menciptakan mahluk serumit manusia. Saya yakin ilmu memperlajari manusia itu tak akan pernah padam untuk digali karena memang mahluk bernama manusia sangat sulit untuk menemukan limit keajaibannya.

Tak ada manusia yang benar-benar sama di dunia ini, sekalipun dia kembari dentik, pasti akan selalu ada perbedaan diantara mereka. Maka, menjadi sebuah hal yang wajar jika ketidakcocokan terjadi dalam kehidupan ini. Manusia dilahirkan dengan jiwa & keunikannya masing-masing, namun fitrah hidup seorang manusia tak akan mampu hidup dalam kesendirian. Oleh karena itu Tuhan hadirkan kawan, sahabat, kekasih & keluarga untuk membuat manusia benar-benar menjadi rahmat semesta alam.Maka, janganlah terlalu alergi pada ketidakcocokan yang kita rasakan dengan orang di sekitar kita, karena jika kau mencari manusia yang 100 % cocok denganmu, sampai kapanpun kau tak akan pernah menemukannya.

Sediakanlah ruang toleransi dalam hidupmu, dimana perbedaan-perbedaan yang terjadi antara kita dan orang lain masih bisa di bicarakan dengan hati serta pikiran terbuka. Dalam hidup ini tentu setiap manusia memiliki ruang prinsip yang tak bisa di ganggu gugat oleh siapapun dan setiap jiwa memiliki ruang prinsip yang berbeda-beda. Namun, jangan pernah kau buat ruang jiwamu itu sebagai ruang prinsip seluruhnya karena jika kau format seluruh jiwamu dengan ruang prinsip kau akan menjadi pribadi yang tak bisa menerima perbedaan. Sediakanlah ruang toleransi dalam jiwamu dimana semua hal masih bisa berubah & tidak kaku (saklek).

5 tahun masa kuliah saya akhiri dengan sangat puas. Bukan karena saya diwisuda 'dengan pujian', tapi di 5 tahun itulah saya benar-benar mencari jati diri, warna jiwa saya. Banyak pemikiran saya hinggapi & saya pelajari,hingga pada waktunya saya tahu mana yang terbaik untuk saya, apa warna jiwa saya. Tahukah kawan, ini betul-betul sebuah perjalanan yang menakjubkan. Bermain bersama seribu pilihan pemikiran, belajar berani untuk bercita-cita besar, menghargai dan menghormati perbedaan serta memasuki labirin pencarian jati diri yang memusingkan. Itu semua sangat-sangat menakjubkan bagi saya. Lalu apakah saya sudah benar-benar mengenal diri saya sendiri? Belum saya pikir karena terkadang saya masih sulit untuk mengatur dinamika ambisi diri, itu pertanda saya belum mengenal diri saya dengan baik. Tapi saya tak terlalu khawatir, ada yang amat sangat mengenal saya lebih dari saya sendiri, dia adalah Tuhan saya. Dia yang tahu dengan baik bahwa ketika saya berani bermimpi besar, Dia akan menempa saya dengan ujian lebih besar pula. Bukan karena Dia tak sayang padaku, tapi karena Dia ingin saya menjadi lebih kuat terlebih dahulu sebelum Dia mengabulkan inginku.

Tak ada jaminan persahabatan selama 5 tahun menjadi sebuah keyakinan bahwa kau telah mengenalnya. Bahkan pernikahan yang telah berlangsung selama 25 tahun pun tidak menjamin istri benar-benar mengenal suaminya, begitu sebaliknya. Namun,hidup adalah perjalanan dari sebuah pengenalan. Sebelum menikah, kita mengenal pasangan kita sebagai kekasih. Ketika sudah menikah, kita mengenal pasangan kita sebagai suami / istri, tentu banyak hal yang akan bertambah & berubah. Ketika sudah memiliki anak, kita akan mengenal pasangan kita sebagai ayah /ibu, tentu akan lebih banyak lagi hal yang bertambah & berubah juga. Perjalanan jiwa dalam hidup adalah perjalanan spiritual dan yang namanya perjalanan spiritual itu tak akan pernah stay di satu titik, dia akan terus bergerak & berubah. Dari kekasih lalu menjadi istri / suami kemudian menjadi ayah / ibu dan kelak menjadi kakek / nenek. Itu semua adalah peran yang akan kita jalankan di dunia ini. Tentu di balik itu ada tanggung jawab yang tersimpan dimasing-masing peran. Dalam perjalanan peran –peran itu akan banyak dinamika kehidupan yang terjadi. Bumi ini tak datar, begitu pun hidup, tak ada kehidupanyang datar-datar saja, akan ada lubang yang membuatmu tersandung, akan gunung yang harus kau daki dengan susah payah, bahkan akan ada kulit pisang yang bisa membuatmu terpeleset jatuh *_*. Ada banyak hal di dunia ini yang akan membuat hidup ini terus berputar dinamis.

Sahabat, ketidakcocokan adalah sebuah hal yang wajar karena tak ada manusia yang benar-benar sama di dunia ini. Maka, mulai saat ini janganlah memusuhi ketidakcocokan, sediakanlah ruang toleransi dalam jiwamu. Ruang toleransi yang bukan hanya diisi olehmu, tapi diisi oleh semua orang yang hadir dalam hidupmu. Karena ruang itu kau hadirkan bukan saja untukmu, tapi untuk kita.

Terimakasih telah membaca tulisan saya, sampai bertemu di catatan selanjutnya ^_^
Leni Maryani