Kamis, 06 Agustus 2009

3 hipotesis

Hai guys...

Semoga kalian semua selalu bersemangat setiap hari ^^

Tulisan ini terinspirasi dari hipotesisnya Dimas tentang dunia laki’’. Dia bilang, kalo laki’’ gak mau di tolak ama cewek, dia harus mempertebal dua bagian, yang pertama dompet dan yang kedua otak. Hmmm aku pikir’’ betul juga. Cewek mana yang rela menolak pinangan laki’’ mapan dan cerdas apalagi kalo ditambah sholeh. Mantap deh !!! Jujur deh kaum Hawa, walaupun tampang pas’’an, kalo ada laki’’ punya dua hal itu plus sholeh pula, pasti kita mikir beberapa kali untuk menolaknya. Dan jujur aja deh kaum Adam, kalian juga pasti pengen menjadi sosok yang seperti itu bukan.Heee...

Buat kaum Adam, aku kasih jawabannya yah. Ada satu hal yang menjadi benang merah dari kata cerdas, mapan dan sholeh diatas. Satu kata itu kharisma (bukan merk motor) brand image kalo bahasa kerennya. Walau tampang gak seganteng Uli Herdinasyah (Gak apa’’ ya aku pake nama ini. Hehehe) atau gak setajir Anindya Bakrie (Hmmm), kalo memiliki kharisma pasti memiliki sesuatu yang bisa membuat dirinya terlihat menarik, baik di mata sesama Adam maupun di mata Hawa. Dan guys... yang namanya kharisma itu bukan produk instan, jadi satu hari satu malem. Kharisma adalah produk hasil dari pembangunan citra diri yang konsisten. Orang yang berkharisma akan selalu memiliki catatan khusus di mata orang yang pernah berinteraksi dengannya.

Nah... kalo Dimas punya hipotesis kayak githu, aku juga punya hipotesis tentang dunia perempuan. Kalo cewek gak mau di reject atau ingin menjadi yang terpilih, perbaguslah di tiga bagian; hati, otak dan raga. Hati yang baik akan melahirkan kebijaksanaan (cowok mana sih yang bakal nolak cewek bijak), otak yang baik akan melahirkan cewek yang cerdas (yang gak gampang di tipeng) dan raga yang terawat akan melahirkan perempuan yang cantik.

Girls... jangan terpaku pada satu poin saja. Hati, otak dan raga itu saling berkaitan satu sama lain, saling membangun satu dengan yang lainnya. Jika kita terpaku hanya pada satu sisi saja, raga misalkan. Yakin deh... kita bakal jadi budak produk kosmetik dan bakal terkena sindrom shopaholic. Oleh karena itu, mempercantik diri itu bukan hanya berbicara tentang salon dan mall (karena aku juga perempuan, aku tau bahagianya berada di salon dan belanja di mall. Hehehe^^). Tapi ada dua bagian lagi yang jangan sampai dilupakan, yaitu hati dan otak. Ngaji, cari ilmu setinggi’’nya dan gali potensi sedalam’’nya. It’s the way girls. Kita ini calon ibu bangsa yang akan melahirkan anak’’ bangsa. Tentu, ibu bangsa yang bijaksana, cerdas dan cantik akan melahirkan anak’’ bangsa yang berkualitas nantinya.

Ngomong’’ tentang reject, aku mau bahas tentang satu kata ini. Reject itu kan kalo di dunia industri diartikan sebagai produk gagal yang gak layak dipasarkan. Kalaupun di jual, harganya miring banget. Hmmm aku mau kasih pandangan lain tentang kata reject ini. Kalo aku, kamu dan kita pernah mengalami pe-reject-an, so what guys? Reject dalam pemikiran dan pandangan aku adalah sebuah kondisi dimana sesuatu tidak sesuai dengan standar seseorang. Belibet ya definisinya? Intinya ada di kata tidak sesuai standar. Tapi, sesuatu itu tidak sesuai standar, bukan berarti sesuatu itu lebih baik atau lebih buruk.

Karena diatas aku bicara tentang dunia laki’’ dan perempuan. Aku pengen menyambungkan kata reject ini dengan kaum yang ditakdirkan berpasangan ini. Jika ada laki’’ yang ditolak lamarannya atau ada perempuan yang tiba’’ diputusin (sebenarnya kondisinya bisa berbalik, tapi pada umumnya seperti ini). Ditolak dan diputusin itu kan masih dalam naungan di reject. Jika aku, kamu dan kita pernah di reject, bukan berarti kita lebih buruk dari seseorang tersebut. Belum tentu juga orang yang mereject kita jauh lebih baik dari kita yang di reject, bisa jadi kitanya yang terlalu kebagusan. Tak ada yang mutlak di dunia ini cuy, semuanya amat sangat serba relatif. Baik dan buruk itu relatif, orang sebaik apapun tetap harus menyediakan sedikit ruang untuk di benci karena kita gak akan pernah bisa bikin semua orang senang dengan kita.

Setiap individu itu memiliki standarnya masing’’. Bahagia, pekerjaan, kebutuhan hidup, termasuk pasangan hidup. Setiap individu memiliki standarnya masing’’ yang tak sama satu dengan lainnya. Seseorang yang menerapkan standar, bukan berarti dia sombong. Kita ambil contoh saja standar pasangan hidup. Setiap individu pasti memiliki kriteria pasangan hidupnya, kalo ada yang gak punya, berarti belum siap nikah. Jangan bilang mau menikah kalo belum punya standar pasangan hidup. Jangan bilang sudah matang, kalo gak tau orang seperti apa yang kita butuhkan untuk menjadi teman hidup kita. Seseorang yang menerapkan standar pasangan hidupnya, bukan berarti dia sombong atau sok’ kecakepan. Bukan githu say. Tapi gak lebih karena dia tau orang seperti apa yang dia butuhkan untuk mendampingi dirinya.

Tulisan aku ini, tidak mengartikan bahwa aku sudah menjadi sosok ideal yang berkharisma atau sudah menjadi perempuan yang bijak, cerdas dan cantik. Sama sekali belum. Tepatnya, aku sedang balajar menjadi seperti itu. Gak tau kapan aku bisa mencapai sosok seperti itu. Aku tidak mau terjebak pada nilai dari sebuah hasil, malahan yang harus lebih diperhatikan adalah prosesnya, karena hasil adalah perwujudan dari rentetan proses, yang tentunya tidak sebentar. Disini aku hanya ingin sharing tentang pemikiran dan pandanganku. Thanks buat kamu’’ yang udah baca tulisan ini. See you next posting guys... ^_^


Thanks buat sahabat’’ku Dimas, Cevi dan Luhur. Obrolan yang mengagumkan, jadi nambah ilmu banget. Tulisan ini lahir setelah ngobrol’’ banyak bersama kalian. Walaupun aku yakin, banyak hal yang belum terbuka dan masih menjadi rahasia. Heee ^_^

Sabtu, 01 Agustus 2009

Cahaya asa

Hallo semua...

Salam semangat buat generasi pantang menyerah di negeri ini

Pagi ini, aku ngerasa seperti menjadi manusia yang baru. Sehabis meditasi, ini aku lakukan kalo lagi penat banget. Dan pagi ini... walopun lagi gak penat, aku melakukan meditasi. Moga ini bisa konsisten ku lakuin tiap pagi. Pengennya sih ngambil kelas yoga lagi, tapi... tempat nya jauh benge, di Dago. Sedangkan home range sekarang masih berputer’’ di Jatinangor dan Baleendah nan permai.

Gara’’ ngobrol ringan di pagi hari ama si Aip ginong binti babeh Yahya sambil melihat video cahaya asa, Pagi ini juga aku mendapat inspirasi tentang cahaya asa. Dalam iklan cahaya asa, iklan yang dibuat oleh Djarum untuk tahun baru 2007. Semua model utamanya adalah perempuan. Disana, tokoh utama (perempuan) melakukan hal yang (hampir) telah dilupakan oleh perempuan Indonesia saat ini. Disana, ditampilkan perempuan sedang menampi beras, menumbuk padi di lesung dan bermain dengan anak’’nya. Namun disini pun ditampilkan perempuan yang tangguh nan anggun. Aku melihat bahwa cahaya asa itu adalah perwujudan perempuan Indonesia yang seharusnya.

Aku tidak sedang berbicara bahwa perempuan Indonesia saat ini masih harus menampi beras atau menumbuk padi di lesung. Saat ini kan semuanya serba gampang, jika bisa mudah tak perlu dipersulit juga. Aku lebih melihat hakekatnya. Di jaman sekarang, tidak sedikit perempuan yang lupa dengan perannya, malah bersibuk ria menggaungkan persamaan laki’’ dan perempuan. Perempuan dan laki’’ dilahirkan berbeda, jadi biarkan saja berbeda. Perempuan dan laki-laki itu untuk saling melengkapi bukan untuk saling bersaing. Aku sepakat perempuan tidak boleh terlihat lemah dan diperlakukan semena-mena, karena perempuan dilahirkan sebagai mahluk merdeka nan lembut. Aku sepakat, perempuan Indonesia gak boleh tertinggal dengan kemajuan kaum Adam dan juga tak boleh tertinggal dengan kemajuan kaum Hawa di penjuru dunia ini. Aku sepakat banget, Karena aku juga pengen perempuan negeri ini bisa berdiri diatas dua kakinya sendiri gak bergantung pada kaum Adam. Namun, aku juga pengen perempuan Indonesia gak lupa dengan tugas dan perannya dalam kehidupan ini.

Kita (perempuan) itu mahluk merdeka. Namun, bukan berarti perempuan begitu bebasnya mengekpresikan diri tanpa melihat jati dirinya sebagai perempuan. Semisal perempuan yang gila kerja di luar rumah, namun melupakan perannya di dalam rumah. Alhasil sukses di luar namun gagal di dalam. Seperti mercusuar, terang benderang dari kejauhan, namun berkarat dari dekat. Memang, tidak semuanya seperti ini. Namun, tidak sedikit yang seperti ini kawan. Tidak sedikit perempuan yang menyerahkan urusan anak’’nya kepada baby sister atau menyerahkan semua urusan rumah tangga kepada pembantu. Bunda... peran ibu itu tak akan pernah bisa tergantikan oleh pembantu. Bukankah pembantu dan baby sister itu hanya untuk membantu bukan untuk menggantikan. Seenak-enaknya makanan di luar rumah, tetep aja... makanan terenak bagi anak adalah makanan buatan koki kesayangannya, masakan hasil karya bunda nya.

Karena kita (perempuan) adalah mahluk merdeka. Jangan pernah menjadi lemah karena dinamika hidup yang begitu dahsyat. Bukankah semakin tinggi pohon, semakin kencang angin yang menerpa. Semakin naik kelas, semakin sulit soal ujiannya. Karena kita (perempuan) adalah mahluk merdeka, jangan pernah diam saja ketika kita di perlakukan semena-mena oleh siapa pun dan dimanapun. Tak ada yang berhak merenggut kemerdekaan itu dari kita. Karena kita (perempuan) adalah mahluk merdeka, tuks kita menjadi perempuan seutuhnya, jangan setengah-setengah.