Hai guys...
Semoga kalian semua selalu bersemangat setiap hari ^^
Tulisan ini terinspirasi dari hipotesisnya Dimas tentang dunia laki’’. Dia bilang, kalo laki’’ gak mau di tolak ama cewek, dia harus mempertebal dua bagian, yang pertama dompet dan yang kedua otak. Hmmm aku pikir’’ betul juga. Cewek mana yang rela menolak pinangan laki’’ mapan dan cerdas apalagi kalo ditambah sholeh. Mantap deh !!! Jujur deh kaum Hawa, walaupun tampang pas’’an, kalo ada laki’’ punya dua hal itu plus sholeh pula, pasti kita mikir beberapa kali untuk menolaknya. Dan jujur aja deh kaum Adam, kalian juga pasti pengen menjadi sosok yang seperti itu bukan.Heee...
Buat kaum Adam, aku kasih jawabannya yah. Ada satu hal yang menjadi benang merah dari kata cerdas, mapan dan sholeh diatas. Satu kata itu kharisma (bukan merk motor) brand image kalo bahasa kerennya. Walau tampang gak seganteng Uli Herdinasyah (Gak apa’’ ya aku pake nama ini. Hehehe) atau gak setajir Anindya Bakrie (Hmmm), kalo memiliki kharisma pasti memiliki sesuatu yang bisa membuat dirinya terlihat menarik, baik di mata sesama Adam maupun di mata Hawa. Dan guys... yang namanya kharisma itu bukan produk instan, jadi satu hari satu malem. Kharisma adalah produk hasil dari pembangunan citra diri yang konsisten. Orang yang berkharisma akan selalu memiliki catatan khusus di mata orang yang pernah berinteraksi dengannya.
Nah... kalo Dimas punya hipotesis kayak githu, aku juga punya hipotesis tentang dunia perempuan. Kalo cewek gak mau di reject atau ingin menjadi yang terpilih, perbaguslah di tiga bagian; hati, otak dan raga. Hati yang baik akan melahirkan kebijaksanaan (cowok mana sih yang bakal nolak cewek bijak), otak yang baik akan melahirkan cewek yang cerdas (yang gak gampang di tipeng) dan raga yang terawat akan melahirkan perempuan yang cantik.
Girls... jangan terpaku pada satu poin saja. Hati, otak dan raga itu saling berkaitan satu sama lain, saling membangun satu dengan yang lainnya. Jika kita terpaku hanya pada satu sisi saja, raga misalkan. Yakin deh... kita bakal jadi budak produk kosmetik dan bakal terkena sindrom shopaholic. Oleh karena itu, mempercantik diri itu bukan hanya berbicara tentang salon dan mall (karena aku juga perempuan, aku tau bahagianya berada di salon dan belanja di mall. Hehehe^^). Tapi ada dua bagian lagi yang jangan sampai dilupakan, yaitu hati dan otak. Ngaji, cari ilmu setinggi’’nya dan gali potensi sedalam’’nya. It’s the way girls. Kita ini calon ibu bangsa yang akan melahirkan anak’’ bangsa. Tentu, ibu bangsa yang bijaksana, cerdas dan cantik akan melahirkan anak’’ bangsa yang berkualitas nantinya.
Ngomong’’ tentang reject, aku mau bahas tentang satu kata ini. Reject itu kan kalo di dunia industri diartikan sebagai produk gagal yang gak layak dipasarkan. Kalaupun di jual, harganya miring banget. Hmmm aku mau kasih pandangan lain tentang kata reject ini. Kalo aku, kamu dan kita pernah mengalami pe-reject-an, so what guys? Reject dalam pemikiran dan pandangan aku adalah sebuah kondisi dimana sesuatu tidak sesuai dengan standar seseorang. Belibet ya definisinya? Intinya ada di kata tidak sesuai standar. Tapi, sesuatu itu tidak sesuai standar, bukan berarti sesuatu itu lebih baik atau lebih buruk.
Karena diatas aku bicara tentang dunia laki’’ dan perempuan. Aku pengen menyambungkan kata reject ini dengan kaum yang ditakdirkan berpasangan ini. Jika ada laki’’ yang ditolak lamarannya atau ada perempuan yang tiba’’ diputusin (sebenarnya kondisinya bisa berbalik, tapi pada umumnya seperti ini). Ditolak dan diputusin itu kan masih dalam naungan di reject. Jika aku, kamu dan kita pernah di reject, bukan berarti kita lebih buruk dari seseorang tersebut. Belum tentu juga orang yang mereject kita jauh lebih baik dari kita yang di reject, bisa jadi kitanya yang terlalu kebagusan. Tak ada yang mutlak di dunia ini cuy, semuanya amat sangat serba relatif. Baik dan buruk itu relatif, orang sebaik apapun tetap harus menyediakan sedikit ruang untuk di benci karena kita gak akan pernah bisa bikin semua orang senang dengan kita.
Setiap individu itu memiliki standarnya masing’’. Bahagia, pekerjaan, kebutuhan hidup, termasuk pasangan hidup. Setiap individu memiliki standarnya masing’’ yang tak sama satu dengan lainnya. Seseorang yang menerapkan standar, bukan berarti dia sombong. Kita ambil contoh saja standar pasangan hidup. Setiap individu pasti memiliki kriteria pasangan hidupnya, kalo ada yang gak punya, berarti belum siap nikah. Jangan bilang mau menikah kalo belum punya standar pasangan hidup. Jangan bilang sudah matang, kalo gak tau orang seperti apa yang kita butuhkan untuk menjadi teman hidup kita. Seseorang yang menerapkan standar pasangan hidupnya, bukan berarti dia sombong atau sok’ kecakepan. Bukan githu say. Tapi gak lebih karena dia tau orang seperti apa yang dia butuhkan untuk mendampingi dirinya.
Tulisan aku ini, tidak mengartikan bahwa aku sudah menjadi sosok ideal yang berkharisma atau sudah menjadi perempuan yang bijak, cerdas dan cantik. Sama sekali belum. Tepatnya, aku sedang balajar menjadi seperti itu. Gak tau kapan aku bisa mencapai sosok seperti itu. Aku tidak mau terjebak pada nilai dari sebuah hasil, malahan yang harus lebih diperhatikan adalah prosesnya, karena hasil adalah perwujudan dari rentetan proses, yang tentunya tidak sebentar. Disini aku hanya ingin sharing tentang pemikiran dan pandanganku. Thanks buat kamu’’ yang udah baca tulisan ini. See you next posting guys... ^_^
Thanks buat sahabat’’ku Dimas, Cevi dan Luhur. Obrolan yang mengagumkan, jadi nambah ilmu banget. Tulisan ini lahir setelah ngobrol’’ banyak bersama kalian. Walaupun aku yakin, banyak hal yang belum terbuka dan masih menjadi rahasia. Heee ^_^
Semoga kalian semua selalu bersemangat setiap hari ^^
Tulisan ini terinspirasi dari hipotesisnya Dimas tentang dunia laki’’. Dia bilang, kalo laki’’ gak mau di tolak ama cewek, dia harus mempertebal dua bagian, yang pertama dompet dan yang kedua otak. Hmmm aku pikir’’ betul juga. Cewek mana yang rela menolak pinangan laki’’ mapan dan cerdas apalagi kalo ditambah sholeh. Mantap deh !!! Jujur deh kaum Hawa, walaupun tampang pas’’an, kalo ada laki’’ punya dua hal itu plus sholeh pula, pasti kita mikir beberapa kali untuk menolaknya. Dan jujur aja deh kaum Adam, kalian juga pasti pengen menjadi sosok yang seperti itu bukan.Heee...
Buat kaum Adam, aku kasih jawabannya yah. Ada satu hal yang menjadi benang merah dari kata cerdas, mapan dan sholeh diatas. Satu kata itu kharisma (bukan merk motor) brand image kalo bahasa kerennya. Walau tampang gak seganteng Uli Herdinasyah (Gak apa’’ ya aku pake nama ini. Hehehe) atau gak setajir Anindya Bakrie (Hmmm), kalo memiliki kharisma pasti memiliki sesuatu yang bisa membuat dirinya terlihat menarik, baik di mata sesama Adam maupun di mata Hawa. Dan guys... yang namanya kharisma itu bukan produk instan, jadi satu hari satu malem. Kharisma adalah produk hasil dari pembangunan citra diri yang konsisten. Orang yang berkharisma akan selalu memiliki catatan khusus di mata orang yang pernah berinteraksi dengannya.
Nah... kalo Dimas punya hipotesis kayak githu, aku juga punya hipotesis tentang dunia perempuan. Kalo cewek gak mau di reject atau ingin menjadi yang terpilih, perbaguslah di tiga bagian; hati, otak dan raga. Hati yang baik akan melahirkan kebijaksanaan (cowok mana sih yang bakal nolak cewek bijak), otak yang baik akan melahirkan cewek yang cerdas (yang gak gampang di tipeng) dan raga yang terawat akan melahirkan perempuan yang cantik.
Girls... jangan terpaku pada satu poin saja. Hati, otak dan raga itu saling berkaitan satu sama lain, saling membangun satu dengan yang lainnya. Jika kita terpaku hanya pada satu sisi saja, raga misalkan. Yakin deh... kita bakal jadi budak produk kosmetik dan bakal terkena sindrom shopaholic. Oleh karena itu, mempercantik diri itu bukan hanya berbicara tentang salon dan mall (karena aku juga perempuan, aku tau bahagianya berada di salon dan belanja di mall. Hehehe^^). Tapi ada dua bagian lagi yang jangan sampai dilupakan, yaitu hati dan otak. Ngaji, cari ilmu setinggi’’nya dan gali potensi sedalam’’nya. It’s the way girls. Kita ini calon ibu bangsa yang akan melahirkan anak’’ bangsa. Tentu, ibu bangsa yang bijaksana, cerdas dan cantik akan melahirkan anak’’ bangsa yang berkualitas nantinya.
Ngomong’’ tentang reject, aku mau bahas tentang satu kata ini. Reject itu kan kalo di dunia industri diartikan sebagai produk gagal yang gak layak dipasarkan. Kalaupun di jual, harganya miring banget. Hmmm aku mau kasih pandangan lain tentang kata reject ini. Kalo aku, kamu dan kita pernah mengalami pe-reject-an, so what guys? Reject dalam pemikiran dan pandangan aku adalah sebuah kondisi dimana sesuatu tidak sesuai dengan standar seseorang. Belibet ya definisinya? Intinya ada di kata tidak sesuai standar. Tapi, sesuatu itu tidak sesuai standar, bukan berarti sesuatu itu lebih baik atau lebih buruk.
Karena diatas aku bicara tentang dunia laki’’ dan perempuan. Aku pengen menyambungkan kata reject ini dengan kaum yang ditakdirkan berpasangan ini. Jika ada laki’’ yang ditolak lamarannya atau ada perempuan yang tiba’’ diputusin (sebenarnya kondisinya bisa berbalik, tapi pada umumnya seperti ini). Ditolak dan diputusin itu kan masih dalam naungan di reject. Jika aku, kamu dan kita pernah di reject, bukan berarti kita lebih buruk dari seseorang tersebut. Belum tentu juga orang yang mereject kita jauh lebih baik dari kita yang di reject, bisa jadi kitanya yang terlalu kebagusan. Tak ada yang mutlak di dunia ini cuy, semuanya amat sangat serba relatif. Baik dan buruk itu relatif, orang sebaik apapun tetap harus menyediakan sedikit ruang untuk di benci karena kita gak akan pernah bisa bikin semua orang senang dengan kita.
Setiap individu itu memiliki standarnya masing’’. Bahagia, pekerjaan, kebutuhan hidup, termasuk pasangan hidup. Setiap individu memiliki standarnya masing’’ yang tak sama satu dengan lainnya. Seseorang yang menerapkan standar, bukan berarti dia sombong. Kita ambil contoh saja standar pasangan hidup. Setiap individu pasti memiliki kriteria pasangan hidupnya, kalo ada yang gak punya, berarti belum siap nikah. Jangan bilang mau menikah kalo belum punya standar pasangan hidup. Jangan bilang sudah matang, kalo gak tau orang seperti apa yang kita butuhkan untuk menjadi teman hidup kita. Seseorang yang menerapkan standar pasangan hidupnya, bukan berarti dia sombong atau sok’ kecakepan. Bukan githu say. Tapi gak lebih karena dia tau orang seperti apa yang dia butuhkan untuk mendampingi dirinya.
Tulisan aku ini, tidak mengartikan bahwa aku sudah menjadi sosok ideal yang berkharisma atau sudah menjadi perempuan yang bijak, cerdas dan cantik. Sama sekali belum. Tepatnya, aku sedang balajar menjadi seperti itu. Gak tau kapan aku bisa mencapai sosok seperti itu. Aku tidak mau terjebak pada nilai dari sebuah hasil, malahan yang harus lebih diperhatikan adalah prosesnya, karena hasil adalah perwujudan dari rentetan proses, yang tentunya tidak sebentar. Disini aku hanya ingin sharing tentang pemikiran dan pandanganku. Thanks buat kamu’’ yang udah baca tulisan ini. See you next posting guys... ^_^
Thanks buat sahabat’’ku Dimas, Cevi dan Luhur. Obrolan yang mengagumkan, jadi nambah ilmu banget. Tulisan ini lahir setelah ngobrol’’ banyak bersama kalian. Walaupun aku yakin, banyak hal yang belum terbuka dan masih menjadi rahasia. Heee ^_^